BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Vitamin merupakan salah satu zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia sendiri. Sehingga,
vitamin ini harus diperoleh dari luar untuk memenuhi kebutuhan tubuh manusia. Sumber
vitamin A sangat beragam dan banyak terdapat di alam, Contohnya adalah dari
buah-buahan, biji-bijian, umbi, sayur, dll.
Perkataan
vitamin telah diusulkan oleh seorang pakar biokimia yang berbangsa Poland pada
tahun 1912.Vita di dalam bahasa Latin bemaksud kehidupan dan mine -amine adalah
adalah kata tambahan dari amine; karena pada masa itu ramai yang menyangka
bahwa semua vitamin adalah amine dan sekarang kesalahan ini telahpun disedari.
Salah
satu diantara vitamin-vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia adalah vitamin
A yang harus dipenuhi, sebab jika tidak dipenuhi akan mengakibatkan terjadinya
gangguan pada tubuh manusia.
Yang paling fatal akan terjadi pada mata. Karena mata merupkan
salah satu indera pada tubuh yaitu indera pengelihatatan. Mata yang sehat
ditandai dengan kornea (selaput bening yang menutupi bagian hitam dari mata)
yang jernih transparan dan tembus pandang. Konjungtiva (bagian putih mata)
terlihat putih warnanya. Bagian tengah mata tampak hitam, kelopak mata dapat
membuka dan menutup dengan baik serta pertumbuhan bulu mata teratur mengarah ke
luar.
Salah satu unsur zat gizi yang sangat diperlukan dalam rangka
menjaga kesehatan mata adalah vitamin A, terutama untuk para Balita. Vitamin A
tidak bisa dibuat oleh tubuh, jadi harus dipenuhi dari luar, yaitu melalui
makanan. Ada berbagai bentuk vitamin A, yaitu bentuk jadi vitamin A (retinol)
dan bentuk provitamin A (karatenoid). Vitamin A bentuk jadi terdapat pada
mamalia dan ikan, sedangkan provitamin A terdapat dalam sayur-sayuran berwarna
hijau tua dan beberapa buah berwarna jingga.
Balita sangat membutuhkan vitamin A untuk kesehatannya. Anak yang
kekurangan vitamin A akan mudah terkena infeksi dan terancam mengalami rabun
senja. Kekurangan vitamin A membuat mata menjadi kering. Hal ini karena selaput
lendir dan selaput bening mata mengalami kekeringan. Jika berlarut-larut akan
menyebabkan penebalan selaput lendir, berlipat-lipat, dan berkerut, tampak
bercak putih seperti busa sabun (bercak Bitot). Selanjutnya selaput bening mata
akan mengalami perlukaan dan akhirnya bisa mengakibatkan kebutaan permanen yang
tidk bisa dipulihkan lagi.
Maka dari itu mengapa vitamin A salah satu imunisasi yang harus
diberikan kepada balita.
B.
TUJUAN
Adapun tujuan dibuatnya laporan program tersebut adalah:
ü Memberikan informasi kepada seluruh masyarakat betapa pentingnya
vitamin A untuk balita.
ü Mengetahui dampak yang terjadi bila balita tidak diberikan vitamin
A.
ü Agar siswa/siswi dapat belajar tentang laporan program pemberian
vitamin A.
C.
MANFAAT
Adapun manfaat dari laporan program tersebut adalah:
ü Masyarakat mengetahui betapa pentingnya vitamin A untuk balita.
ü Diharapkan masyarakat meberikan vitamin A secara teratur untuk
balitanya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Definisi Vitamin A menurut :
ü Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak, terdapat dalam
minyak ikan, keju, kuning telur, sayuran berwarna hijau dan kemerah-merahan,
seperti tomat dan wortel (Depdiknas, 2005).
ü Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara
luas, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan
prekursor/provitamin A/karorenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai
retinol (Almatsier, 2001).
ü Vitamin A merupakan zat gizi yang diperlukan manusia agar proses
fisiologis dalam tubuh berlangsung secara normal. Vitamin A penting untuk
pertumbuhan sel, meningkatkan fungsi penglihatan, meningkatkan imunologis dan
pertumbuhan badan, dan mencegah pertumbuhan sel-sel kanker.
ü Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam
lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus
dipenuhi dari luar (esensial), berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan
meningkatkan daya tahan terhadap penyakit (Depkes RI, 2005)
ü Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak. Berdasarkan
struktur kimianya disebut retinol atau retina atau disebut juga dengan asam
retinoat, terdapat pada jaringan hewan dimana retinol 90-95% disimpan pada hati
(Haryadi, 2009).
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dan golongan vitamin yang
sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat
melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh
untuk melawan penyakit, khususnya diare dan penyakit infeksi). Vitamin A atau
berdasarkan struktur kimianya dibagi menjadi dua bentuk, yaitu :
1.
Retinol
Retinol
dapat dimanfaatkan langsung oleh tubuh karena umumnya sumber retinol diperoleh
dari makanan hewani seperti telur, hati, minyak ikan yang mudah dicerna dalam
tubuh.
2.
Betacaritine
Sering
disebut pro-vitamin A, baru dapat dirasakan setelah mengalami proses pengolahan
menjadi retinol. Sumber betacarotene berasal dari makanan yang berwarna orange
atau hijau tua, seperti wortel, bayam, ubi kuning, mangga dan pepaya.
Retinol
atau Retinal atau juga Asam Retinoat, dikenal sebagai faktor pencegahan
xeropthalmia, berfungsi untuk pertumbuhan sel epitel dan pengatur kepekaan
rangsang sinar pada saraf mata, Jumlah yang dianjurkan berdasarkan Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan (KGA-2004) per hari 400 ug retinol untuk anak-anak
dan dewasa 500 ug retinol.Tubuh menyimpan retinol dan betacarotene dalam hati
dan mengambilnya jika tubuh memerlukannya (Iskandar, 2012).
B.
FUNGSI VITAMIN A
1.
Pengelihatan
Vitamin
A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Bila kita dari cahaya
terang diluar kemudian memasuki ruangan yang remang-remang cahayanya, maka
kecepatan mata beradaptasi setelah terkena cahaya terang berhubungan langsung
dengan vitamin A yang tersedia didalam darah. Tanda pertama kekurangan vitamin
A adalah rabun senja. Suplementasi vitamin A dapat memperbaiki penglihatan yang
kurang bila itu disebabkan karena kekurangan vitamin A (Melenotte et al.,
2012).
2.
Pertumbuhan dan perkembangan
Vitamin
A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam
pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan
bentuk tulang tidak normal. Pada anak–anak yang kekurangan vitamin A, terjadi
kegagalan dalam pertumbuhannya. Dimana
vitamin A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat (Tansuğ N, et al.,
2010).
3.
Reproduksi
Pembentukan
sperma pada hewan jantan serta pembentukan sel telur dan perkembangan janin
dalam kandungan membutuhkan vitamin A
dalam bentuk retinol. Hewan betina dengan status vitamin A rendah mampu
hamil akan tetapi mengalami keguguran atau kesukaran dalam melahirkan.
Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan kemampuan
meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga berpengaruh dalam pencegahan
kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara dan kandung kemih (Knutson dan
Dame, 2011).
4.
Fungsi kekebalan
Vitamin
A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia. Dimana kekurangan
vitamin A dapat menurunkan respon antibody yang bergantung pada limfosit yang
berperan sebagai kekebalan pada tubuh seseorang (Almatsier, 2008).
5.
Perkembangan jantung
Defek
kardiak dan cabang aorta diamati sebagai bagian dari sindroma kekurangan
vitamin A. singkat kata, peranan vitamin A dalam perkembangan jantung mamalia
meliputi pembentukan pipa pola jantung
dan lingkaran, ruang dan katup saluran keluar, trabekulasi ventrikel,
diferensiasi kardiomiosit dan pengembangan pembuluh koroner (Knutson dan Dame,
2011).
6.
Perkembangan ginjal dan saluran kencing
Kekurangan
vitamin A pada kehamilan dapat berkorelasi dengan kekurangan jumlah nefron
sub-klinis dan sedikit defisit nefron yang tidak disadari pada saat lahir, tapi
mungkin bisa berkontribusi dalam jangka panjang terjadinya gagal ginjal dan
hipertensi (Knutson dan Dame, 2011).
7.
Diafragma
Fungsi
diafragma sebagai otot utama respirasi dan sebagai pembatas antara rongga dada
dan perut. Hernia diafragma kongenital (CDH) terjadi pada sekitar satu dari
3000 kelahiran, dan berhubungan dengan kematian neonatal yang tinggi. Vitamin A
sangat penting bagi perkembangan diafragma normal, dan telah disimpulkan bahwa
gangguan sinyal retinoid dapat berkontribusi pada etiologi dari gangguan
manusia (Knutson dan Dame, 2011).
8.
Paru dan saluran nafas atas serta aliran udara
Defek
Respirasi termasuk agenesis paru kiri, hypoplasia paru bilateral, dan agenesis
esophagotracheal septum digambarkan dalam sindroma KVA awal namun
dikarakteristikkan sebagai kelainan yang jarang terjadi. Paru berkembang dari
foregut endoderm selama perekembangan awal embrio. RA dari mesoderm splanchnic
di sekitar endoderm foregut telah penting ditemukan untuk pembentukan tunas
paru primordial. Sebuah laporan terbaru di New England Journal of Medicine
menunjukkan bahwa, di daerah endemik dengan defisiensi vitamin A (retinol),
anak-anak yang ibunya menerima suplementasi vitamin A sebelum, selama, dan
selama 6 bulan setelah kehamilan memiliki fungsi paru-paru yang lebih baik
ketika mereka diuji pada 9 sampai 11 tahun daripada anak-anak yang ibunya
menerima suplemen beta karoten atau plasebo. Selain itu, mereka menemukan bahwa
periode di mana suplementasi dengan vitamin A yang paling penting adalah dari
kehamilan usia postnatal dari 6 bulan (Knutson dan Dame, 2011).
C.
MANFAAT VITAMIN A
Menurut
Sediaoetama (2004), fungsi vitamin A di dalam tubuh mencakup tiga golongan
besar:
a.
Fungsi vitamin A dalam proses melihat
Pada
proses melihat vitamin A berperan sebagai retinal (retinete) yang merupakan
komponen dari zat penglihat. Rhodopsin ini mempunyai bagian protein yang
disebut opsin yang menjadi rhodopsin setelah bergabung dengan retinete.
Rhodopsin merupakan zat yang dapat menerima rangsang cahaya dan mengubah energi
cahaya menjadi energi biolistrik yang merangsang indra penglihatan.
b.
Fungsi dalam metabolisme umum
Fungsi
ini tampaknya berkaitan erat dengan metabolisme protein
c.
Fungsi dalam proses reproduksi
Fungsi
vitamin A pada proses reproduksi ini tidak dapat dipenuhi oleh Asam vitamin A
(retinoic acid).
D.
TANDA-TANDA KEKURANGAN VITAMIN A
Kekurangan vitamin A terjadi terutama karena kurangnya asupan
vitamin A yang diperoleh dari makanan sehari-hari. Pada anak yang mengalami
kekurangan energi dan protein, kekurangan vitamin A terjadi selain karena
kurangnya asupan vitamin A itu sendiri juga karena penyimpanan dan transpor
vitamin A pada tubuh yang terganggu.
Di Indonesia penyakit ini ditemukan secara berkelompok dan terutama
di daerah pedesaan.
Penyakit ini ditemukan pada masyarakat dengan keadaan kehidupan
sosial ekonomi yang rendah, sehingga biasanya pada anak-anak tersebut juga
terdapat kelainan kalori protein malnutrisi (gizi kurang).
Bila defisiensi vitamin A ditemukan pada keluarga dengan
penghasilan cukup, biasanya hal ini disebabkan karena kurangnya pengertian dan
kesalahan gizi bersamaan dengan penyakit gastrointestinal (saluran pencernaan)
dan penyakit hati menahun.
Banyak hal yang diakibatkan apabila seorang manusia kekurangan
vitamin A, berikut gangguan-gangguan penyakit yang dapat terjadi apabila kita
kekurangan vitamin A yaitu sebagai berikut :
1.
Terhambatnya
pertumbuhan.
2.
Gangguan
pada kemampuan mata dalam menerima cahaya, serta kelainan-kelainan pada mata
seperti xerosis, xerophthalmia, serta cornea softing.
Manifestasinya adalah pandangan kabur di bawah cahaya yang agak
redup, mata kering, mudah lelah dan lain-lain. Karena efek fisiologis
kekurangan vitamin A itu berhubungan dengan kesan visual gelap, ia bisa
memadukan suatu zat yang namanya redopsin di dalam mata, redopsin memiliki efek
yang penting terhadap pemeliharaan penyesuaian daya pandang yang baik dan
normal, berhubungan dengan pemeliharaan keutuhan susunan kulit atas dan
mempercepat perkembangan pertumbuhan.
3.
Meningkatnya
kemungkinan menderita penyakit infeksi. Bahkan pada anak yang mengalami
kekurangan vitamin A berat angka kematiannya meningkat sampai 50%.
Tanda-tanda khas pada mata karena kekurangan vitamin A dimulai dari
rabun senja (XN) dimana penglihatan penderita akan menurun pada senja hari
bahkan tidak dapat melihat dilingkungan yang kurang cahaya. Pada tahap ini
penglihatan akan membaik dalam waktu 2-4 hari dengan pemberian kapsul vitamin A
yang benar. Bila dibiarkan dapat berkembang menjadi xerosis konjungtiva (X1A).
Selaput lendir atau bagian putih bola mata tampak kering, berkeriput, dan
berubah warna menjadi kecoklatan dengan permukaan terlihat kasar dan kusam.
Xerosis konjungtiva akan membaik dalam 2-3 hari dan kelainan pada mata akan
menghilang dalam waktu 2 minggu dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar.
Bila tidak ditangani akan tampak bercak putih seperti busa sabun atau keju yang
disebut bercak Bitot (X1B) terutama di daerah celah mata sisi luar. Pada
keadaan berat akan tampak kekeringan pada seluruh permukaan konjungtiva atau
bagian putih mata, serta konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan
berkerut-kerut. Bila tidak segera diberi vitamin A, dapat terjadi kebutaan
dalam waktu yang sangat cepat. Tetapi dengan pemberian kapsul vitamin A yang
benar dan dengan pengobatan yang benar bercak Bitot akan membaik dalam 2-3 hari
dan kelainan pada mata akan menghilang dalam 2 minggu.
Tahap selanjutnya bila tidak ditangani akan terjadi xerosis kornea
(X2) dimana kekeringan akan berlanjut sampai kornea atau bagian hitam mata.
Kornea tampak suram dan kering dan permukaannya tampak kasar. Keadaan umum anak
biasanya buruk dan mengalami gizi buruk, menderita penyakit campak, ISPA,
diare. Pemberian kapsul vitamin A dan pengobatan akan menyebabkan keadaan
kornea membaik setelah 2-5 hari dan kelainan mata sembuh setelah 2-3 minggu.
Bila tahap ini berlanjut terus dan tidak segera diobati akan terjadi
keratomalasia (X3A) atau kornea melunak seperti bubur dan ulserasi kornea (X3B)
atau perlukaan. Selain itu keadaan umum penderita sangat buruk. Pada tahap ini
kornea dapat pecah. Kebutaan yang terjadi bila sudah mencapai tahap ini tidak
bisa disembuhkan. Selanjutnya akan terjadi jaringan parut pada kornea yang
disebut xeroftalmia scars (XS) sehingga kornea mata tampak menjadi putih atau
bola mata tampak mengempis.
Secara
ringkas oleh WHO, 1996 Tahapan xeroftmia dijabarkan dalam satu penggolongan
berikut :
ü (XN) = Buta senja
ü (X1A) = Xerosis konjungtiva
ü (X1B) = Xerosis konjungtiva dan bercak Bitot
ü (x2) = Xerosis kornea
ü (X3A/X3B) = Keratomalasia dan ulserasi kornea
ü (XS) = Xeroftalmia scar/sikatrik (jaringan
parut)kornea
Faktor-faktor penyebab tetap banyaknya xeroftalmia di Indonesia
antara lain:
ü Keadaan sosial ekonomi buruk (=kemiskinan).
ü Ignorancy, ketidakpedulian.
ü Kurangnya pendidikan kesehatan
ü Masih adanya tahayul atau pantangan makan di masyarakat.
ü Masih tingginya angka infeksi pada anak-anak, misalnya bronchitis,
tuberculosis paru, morbili (campak) dan penyakit saluran cerna.
Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A
adalah kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59 bulan (1-5
tahun). Sedangkan yang lebih beresiko menderita kekurangan vitamin Aa adalah
bayi berat lahir rendah kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI
eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat
makanan pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya, anak kurang gizi
atau di bawah garis merah pada KMS, anak yang menderita penyakit infeksi
(campak, diare, TBC, pneumonia) dan kecacingan, anak dari keluarga miskin, anak
yang tinggal di dareah dengan sumber vitamin A yang kurang, anak yang tidak
pernah mendapat kapsul vitamin A dan imunisasi di Posyandu maupun Puskesmas,
serta anak yang kurang/jarang makan makanan sumber vitamin A.
E.
PENYEBAB KEKURANGAN VITAMIN A
Arisman (2002) menyatakan bahwa KVA bisa timbul karena menurunnya
cadangan vitamin A pada hati dan organ-organ tubuh lain serta menurunnya kadar
serum vitamin A dibawah garis yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan
metabolik bagi mata. Vitamin A diperlukan retina mata untuk pembentukan
rodopsin dan pemeliharaan diferensiasi jaringan epitel. Gangguan gizi kurang
vitamin A dijumpai pada anak-anak yang terkait dengan : kemiskinan, pendidikan
rendah, kurangnya asupan makanan sumber vitamin A dan pro vitamin A (karoten),
bayi tidak diberi kolostrum dan disapih lebih awal, pemberian makanan
artifisial yang kurang vitamin A. Pada anak yang mengalami kekurangan energi
dan protein, kekurangan vitamin A terjadi selain karena kurangnya asupan
vitamin A itu sendiri juga karena penyimpanan dan transpor vitamin A pada tubuh
yang terganggu.
Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A
adalah kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59 bulan
(1-5 tahun). Sedangkan yang lebih berisiko menderita kekurangan vitamin A
adalah bayi berat lahir rendah kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI
eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat
makanan pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya, anak kurang gizi
atau di bawah garis merah pada KMS, anak yang menderita penyakit infeksi
(campak, diare, TBC, pneumonia) dan kecacingan, anak dari keluarga miskin, anak
yang tinggal di dareah dengan sumber vitamin A yang kurang, anak yang tidak
pernah mendapat kapsul vitamin A dan imunisasi di posyandu maupun puskesmas,
serta anak yang kurang/jarang makan makanan sumber vitamin A.
Terjadinya kekurangan vitamin A berkaitan dengan berbagai faktor
dalam hubungan yang kompleks seperti halnya dengan masalah kekurangan kalori
protein (KKP). Makanan yang rendah dalam vitamin A biasanya juga rendah dalam
protein, lemak dan hubungannya antara hal-hal ini merupakan faktor penting
dalam terjadinya kekurangan vitamin A.
Kekurangan vitamin A bisa disebabkan seorang anak kesulitan
mengonsumsi vitamin A dalam jumlah yang banyak, kurangnya pengetahuan orang tua
tentang peran vitamin A dan kemiskinan. Sedangkan untuk mendapatkan pangan yang
difortifikasi bukan hal yang mudah bagi penduduk yang miskin. Karena, harga
pangan yang difortifikasi lebih mahal daripada pangan yang tidak difortifikasi.
Pembedahan pada usus atau pankreas juga akan memberikan efek
kekurangan vitamin A. Bayi-bayi yang tidak mendapat ASI mempunyai risiko lebih
tinggi untuk menderita kekurangan vitamin A , karena ASI merupakan sumber
vitamin A yang baik. Kekurangan vitamin A sekunder dapat terjadi pada penderita
Kurang Energi Protein (KEP), penyakit hati, gangguan absorpsi karena kekurangan
asam empedu (Suhardjo, 2002).
Penyebab lain KVA pada balita dikarenakan kurang makan sayuran dan
buah-buahan berwarna serta kurang makanan lain sumber vitamin A seperti : daun
singkong, bayam, tomat, kangkung, daun ubi jalar, wortel, daun pepaya, kecipir,
daun sawi hijau, buncis, daun katu, pepaya, mangga, jeruk, jambu biji, telur
ikan dan hati. Akibatnya menurun daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit
(Depkes RI, 2005).
F.
AKIBAT KEKURANGAN VITAMIN A
Tubuh
memerlukan asupan vitamin yang cukup sebagai zat pengatur dan memperlancar
proses metabolisme dalam tubuh. Sebagai vitamin yang larut dalam lemak, vitamin
A membangun sel-sel kulit dan memperbaiki sel-sel tubuh, menjaga dan melindungi
mata, menjaga tubuh dari infeksi, serta menjaga pertumbuhan tulang dan gigi.
Karena fungsi tersebut, vitamin A sangat bagus dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan anak. Vitamin A juga berperan dalam epitil, misalnya pada epitil
saluran pencernaan dan pernapasan serta kulit. Vitamin A berkaitan erat dengan
kesehatan mata. Vitamin A membantu dalam hal integritas atau ketahanan retina
serta menyehatkan bola mata. Vitamin A fungsinya tak secara langsung mengobati
penderita minus, tapi bisa menghambat minus. Kekurangan vitamin A menyebabkan
mata tak dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan cahaya yang masuk dalam
retina. Sebagai konsekuensi awal terjadilah rabun senja, yaitu mata sulit
melihat kala senja atau dapat juga terjadi saat memasuki ruangan gelap. Bila
kekurangan vitamin A berkelanjutan maka anak akan mengalami xerophtalmia yang
mengakibatkan kebutaan. Selain itu kekurangan vitamin A menyebabkan tubuh
rentan terhadap infeksi bakteri dan virus. Tanpa vitamin A, sistem pertahanan
tubuh akan hilang.Ini memicu tubuh rentan terserang penyakit.
Vitamin
A bisa terserap dalam tubuh yang kondisinya baik. Anak usia balita sangat
rentan kekurangan vitamin A karena kondisi tubuhnya rentan terhadap penyakit,
seperti diare atau infeksi pencernaan. Untuk itu peran ibu sangat penting dalam
menjaga ketahanan tubuh bayi yakni dengan memberikan ASI eksklusif, agar
mempunyai ketahanan tubuh yang cukup.Kebutuhan vitamin A yang cukup dalam
tubuh, dapat diketahui dengan cara menganalisis makanan yang dikonsumsi
sehari-hari dan melihat kondisi tubuh. Jika tubuh anak sering terkena penyakit,
seperti diare, busung lapar atau gangguan saluran pernapasan, maka secara
otomatis, asupan vitamin A-nya kurang (Zulkarnaen, 2012).
Selain
itu, dampak kekurangan Vitamin A bagi balita antara lain:
ü Hemarolopia atau kotok ayam (rabun senja).
ü Frinoderma, pembentukan epitelium kulit tangan dan kaki terganggu,
sehingga kulit tangan dan kaki bersisik.
ü Pendarahan pada selaput usus, ginjal dan paru-paru.
ü Kerusakan pada bagian putih mata mengering dan kusam (Xerosis
konjungtiva), bercak seperti busa pada bagian putih mata (bercak bitot), bagian
kornea kering dan kusam (Xerosis kornea), sebagian hitam mata melunak (
Keratomalasia ), Seluruh kornea mata melunak seperti bubur (Ulserasi Kornea)
dan Bola mata mengecil / mengempis (Xeroftahalmia Scars).
ü Terhentinya proses pertumbuhan.
ü Terganggunya pertumbuhan pada bayi.
ü Mengakibatkan campak yang berat yang berkaitan dengan adanya
komplikasi pada anak-anak serta menghambat penyembuhan.
(Melenotte et al,2012)
Namun demikian perlu juga diperhatikan bahwa pemberian dosis
Vitamin A yang terlalu tinggi dalam
waktu yang lama dapat menimbulkan akibat yang kurang baik antara lain:
1.
Hipervitaminosis
A pada anak-anak dapat menimbulkan anak tersebut cengeng, pada sekitar tulang
yang panjang membengkak, kulit kering dan gatal-gatal.
2.
Hipervitaminosis
pada orang dewasa menimbulkan sakit kepala, mual-mual dan diare. (Sugiarno,
2010).
G.
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
Prinsip dasar untuk mencegah dan menanggulangi masalah KVA adalah
menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh.Selain itu perbaikan kesehatan
secara umum turut pula memegang peranan. Dalam upaya menyediakan vitamin A yang
cukup untuk tubuh, ditempuh kebijaksanan sebagai berikut:
ü Meningkatkan konsumsi sumber vitamin A alami melalui penyuluhan,
ü Menambahkan vitamin A pada bahan makanan yang dimakan oleh golongan
sasaran secara luas (fortifikasi),
ü Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi secara berkala.
Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A melalui
proses komunikasi-informasi-edukasi (KIE) merupakan upaya yang paling aman dan
langgeng. Namun disadari bahwa penyuluhan tidak akan segera memberikan dampak
nyata. Selain itu kegiatan fortifikasi dengan vitamin A masih bersifat rintisan
. Oleh sebab itu penanggulangan KVA saat ini masih bertumpu pada pemberian
kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif
untuk mengatasi masalah KVA pda masyarakat apabila cakupannya tinggi (minimal
80%). Cakupan tersebut dapat tercapai apabila seluruh jajaran kesehatan dan
sektor-sektor terkait dapat menjalankan peranannya masing-masing dengan baik.
1.
Suplementasi
vitamin A
Kapsul
yang digunakan dalam suplementasi vit.A adalah kapsul yang mempunyai vit.A
dosis tinggi
2.
Sasaran
utama suplementasi vit.A
Sasaran
|
Dosis
|
Frekuensi
|
Bayi
6-11 bulan
|
Kapsul
biru (100.000 SI)
|
1
kali
|
Anak
balita 12-59 bulan
|
Kapsul
merah (200.000 SI)
|
2
kali
|
Ibu
nifas
|
Kapsul
merah (200.000 SI)
|
2
kali
|
H.
JADWAL PEMBERIAN VITAMIN A DI UPT. Puskesmas Hikun
Menurut Prof. Dr. Azrul Azwar, untuk menanggulangi KVA di Indonesia
khususnya pada Balita (6-59 bulan)
Departemen Kesehatan telah
bekerja sama dengan Helen Keller Indonesia (HKI) dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi,
balita dan ibu nifas. Kapsul Vitamin A ini diberikan secara gratis di Posyandu
dan Puskesmas seluruh Indonesia (Depkes RI, 2004). Di UPT. Puskesmas Hikun
pemberian vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus setiap hari kamis pada
posyandu yang selalu diadakan oleh UPT. Puskesmas Hikun.
pemberian
kapsul vitamin A pada bulan Agustus di UPT. Puskesmas Hikun :
No
|
Nama
|
Umur
|
Alamat
|
Kapsul
Vit.A yang di berikan
|
|
Biru
|
Merah
|
||||
1
|
Pujiasi
|
19 bulan
|
Kambitin ry.
|
ü
|
|
2
|
Habibi Al Farizi
|
9 bulan
|
Wayau
|
ü
|
|
3
|
M. Aidil Hanasi
|
12 bulan
|
Agung
|
ü
|
|
4
|
Kesya Lahda
|
10 bulan
|
Hikun
|
ü
|
|
5
|
Jihan
|
10 bulan
|
Hikun
|
ü
|
|
6
|
Zayan
|
13 bulan
|
Jangkung
|
ü
|
|
7
|
Adzkia
|
9 bulan
|
Jl. Jaksa Ag.
|
ü
|
|
8
|
M. Nur Fadillah
|
14 bulan
|
Hikun
|
ü
|
|
9
|
Ali Albiani
|
13 bulan
|
Hikun
|
ü
|
|
10
|
Balqis
|
8 bulan
|
Hikun
|
ü
|
|
11
|
Najwa
|
12 bulan
|
Hikun
|
ü
|
|
12
|
M. Raffa
|
7 bulan
|
Jl. cendrawasih
|
ü
|
|
13
|
M. Najmi
|
20 hari
|
Padang lumbu
|
ü
|
|
14
|
Yunila
|
1 bulan
|
Tanjung
|
ü
|
|
15
|
Habiz
|
3 bulan
|
Kambitin
|
ü
|
|
16
|
M. Faisal
|
1 bulan
|
Wayau
|
ü
|
|
17
|
Abdurrahman
|
2 bulan
|
Tanjung
|
ü
|
|
18
|
Naila Kelana
|
8 bulan
|
Tanjung
|
ü
|
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.syarifshare.info/2012/06/makalah-manfaat-dan-bahaya-kekurangan.html// diakses pada tanggal 8 desember
2014
http://harsonosites.com/2014/06/04/gambaran-pengetahuan-ibu-tentang-pemberian-vitamin-a-pada-balita-tinjauan-pustaka/ di akses pada tanggal 8 Desember
2014
http://muhsinrijal.blogspot.com/2013/09/makalah-kurang-vitamin-kva.html// diakses pada tanggal 8 desember
2014
http://artikelkesmas.blogspot.com/2014/09/makalah-kekurangan-vitamin-kva.html// diakses pada tanggal 8 desember
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar